• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

 on Jumat, 06 Juni 2014  


PENGEMBANGAN POLA PIKIR KRITIS DAN KREATIF PADA MAHASISWA SEBAGAI CALON GURU UNTUK INDONESIA CERDAS BERAKHLAK MULIA

MAKALAH
Oleh   : Elmi Hanjar Bait


Abstrak
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik adalah penting. Kesadaran ini perlu dijadikan pijakan dalam pengembangan kurikulum dengan mengedepankan pembelajaran konstekstual. Untuk itu para mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan pedagogik sebagai cikal bakal menjadi seorang guru harus mampu berbuat, merancang secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Kemampuan itu mencakup beberapa hal, diantaranya, (1) membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, (2) mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah, (3) menghasilkan idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif, (4) mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit, (5) meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan (6) bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik.

Kata kunci : berpikir kritis, kreatif, guru, pendidik.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok penting yang memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan. Peran dan fungsinya sebagai “ujung tombak” dalam proses pendidikan, bahkan guru merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu penting, sehingga pemerintah melindungi hak dan kewajiban guru melalui Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Melalui undang-undang ini diharapkan kinerja guru dapat meningkat yang juga diikuti dengan meningkatnya kualitas pendidikan. Guru memegang peranan penting dan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, sehingga kedudukannya sulit untuk digantikan. Sedangkan hubungannya dengan pembelajaran, peran guru tidak dapat digantikan oleh media lain, meskipun perkembangan teknologi dewasa ini terasa sangat cepat dalam dunia pendidikan.
Tidak dipungkiri lagi bahwa profesi guru saat ini menjadi harapan para generasi muda Indonesia dalam rangka membentuk pribadi, sikap, dan kemampuan. Guru sekolah dasar mempunyai peranan yang cukup sentral dalam mengembangkan karakter dan watak siswa. Hal ini mengingat bahwa pada jenjang sekolah dasar siswa akan lebih banyak mencari dan membentuk jati dirinya, sehingga sosok guru mutlak diperlukan untuk membantu pembentukan tersebut. Guru sekolah dasar dituntut untuk mencintai sepenuh hati pekerjaan dan para siswanya. Lebih lanjut Soegijono dalam Harsuki (2003: 98) mengungkapkan bahwa ; Guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang turut menentukan kualitas lulusan. Guru sekolah dasar lebih merupakan manusia model yang sedikit banyak akan ditiru oleh para siswa baik sikap, gaya, maupun cara bicaranya. Di sinilah perlunya sosok guru, yang mempunyai pola pikir kritis dan kreatif tinggi.
Semangat dan kreativitas kerja guru sekolah dasar sangat diperlukan agar tercapainya tujuan pendidikan pada jenjang ini. Penampilan guru sekolah dasar perlu memperhatikan perkembangan siswa didik. Kinerja dan etos kerja para guru sekolah dasar harus dibentuk. Para guru sekolah dasar harus bekerja sesuai dengan tanggungjawab dan kewajibannya, meskipun kesejahteraan dirinya masih menjadi perhatian semua pihak. Hal ini berarti bahwa guru sekolah dasar akan lebih banyak dituntut pengabdian tiada henti yang ditunjukkan dengan kinerja yang baik selama melaksanakan tugas dan kewajibannya itu. Kinerja yang tinggi para guru sekolah dasar akan berpengaruh pada peningkatan kualitas proses pendidikan pada jenjang sekolah dasar sehingga para siswa akan menjadi lulusan yang berkualitas pula terus berubah dari waktu ke waktu.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana mutu pendidikan di sekolah pada masa sekarang?
b.      Bagaimana peran guru dalam mengembangkan etos kerja dan pola pikir yang kritis serta kreatif?
C.    Tujuan
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat mengetahui hal-hal yang harus disiapkan mahasiswa jurusan pedagogik dalam mengambil peran sebagai calon guru dalam meningkatkan mutu dunia pendidikan.

D.     Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Bagi orang tua: Orang tua mengetahui dan mampu memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk mengembangkan kemampuan belajarnya dikelas.
2.      Bagi peneliti: Memahami bahwa pendidikan khususnya untuk seorang guru sekolah dasar sangat penting sekali , karena guru sekolah dasar adalah ujung tombak pendidikan dalam suatu pembentukan karakter siswanya.
3.      Bagi masyarakat: Adanya pendidikan sekolah dasar sangat penting, karena pendidikan sekolah dasae awal dari pembentukan karakter. 

BAB II
PEMBAHASAN

 Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir bersetuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerokai pelbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya:
1.      mendapat latihan berfikir secara kritis dan kreatif untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, mau bekerjasama dan lain lain,
2.      mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah,
3.      menghasilkan idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif,
4.      mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit,
5.      meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek mereka, dan
6.      bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik
Pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni:
1.      kemampuan menganalisis,
2.      membelajarkan siswa bagaimana memahami pernyataan,
3.      mengikuti dan menciptakan argumen logis,
4.      mengiliminir jalur yang salah dan fokus pada jalur yang benar (Harris, 1998).

Dalam konteks itu berpikir dapat dibedakan dalam dua jenis yakni berpikir kritis dan berpikir kreatif. Bila dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikr tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.

No
Berpikir Kritis
Berpikir Kreatif
1
Analitis
Mencipta
2
Mengumpulkan
Meluaskan
3
Hirarkis
Bercabang
4
Peluang
Kemungkinan
5
Memutuskan
Menggunakan keputusan
6
Memusat
Menyebar
7
Obyektif
Subyektif
8
Menjawab
Sebuah jawaban
9
Otak kiri
Otak kanan
10
Kata-kata
Gambaran
11
Sejajar
Hubungan
12
Masuk Akal
Kekayaan, kebaruan
13
Ya, akan tetapi....
Ya, dan ………


A.    Berpikir Kritis

Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya :
1.         membanding dan membedakan,
2.         membuat kategori,
3.         meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
4.         menerangkan sebab,
5.         membuat sekuen / urutan,
6.         menentukan sumber yang dipercayai, dan
7.         membuat ramalan.

Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni :
1.        bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis,
2.        memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan,
3.        menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar,
4.        mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan:
1.      menentukan kredibilitas suatu sumber,
2.      membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan,
3.      membedakan fakta dari penilaian,
4.      mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
5.      mengidentifikasi bias yang ada,
6.      mengidentifikasi sudut pandang, dan
7.      mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan,
Menurut Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni :
1.      analytic,
2.      convergent,
3.      vertical,
4.      probability,
5.      judgment,
6.      focused,
7.      Objective,
8.      answer,
9.      Left brain,
10.  verbal,
11.  linear,
12.  reasoning,
13.  yes but.

Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.
Berpikir kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni:
1.      menggunakan bukti secara baik dan seimbang,
2. mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren,
3.     membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat,
4.  menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,
5.      memahami perbedaan antara berpikir dan menalar,
6.      menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan,
7.      memahami tingkat kepercayaan,
8.      melihat persamaan dan analogi secara mendalam,
9.      mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri,
10.  menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang,
11.  mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti mate­matika, dan menggunakannya untuk memecahkan masalah,
12.  dapat mematahkan pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari,
13. terbiasa menanyakan sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut,
14.  peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya,
15. menghindari kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan
16.  mengenali kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya bila berpihak pada pendapat pribadi.

Metode ilmiah merupakan metode paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka mengumpulkan pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non ilmiah lebih mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal yaitu berpikir kritis.
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui:
1.      perkuliahan,
2.      laboratorium,
3.      tugas rumah,
4.      Sejumlah latihan,
5.      Makalah, dan
6.      ujian.

Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan:
1.      siapa yang mengajarkan,
2.      apa yang diajarkan,
3.      kapan mengajarkan,
4.      bagaimana mengajarkan,
5.      bagaimana mengevaluasi, dan
6.      menyimpulkan.
Sejumlah tujuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah:
1.      memberikan guru umum tentang konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui petunjuk yang membantu,
2.      merancang pembelajaran dengan menggunakan web dan isu yang bermanfaat,
3.      memadukan berbagai hasil guruan,
4.      mendorong komunitas belajar di dalam kelas,
5.      menciptakan kesempatan berpikir kritis yang menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa antara lain adalah:
1.     mengadakan alas penilaian untuk memberikan final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai,
2. mendeskripsikan syarat pelajaran secara mendetail sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan akses informasi secara mudah,
3.      memberikan orientasi pelajaran,
4.      instruktur memberi pendapat untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi penguatan yang positif, dan beberapa hasil pelajaran dipadukan setelah pembelajaran usai.

B.      Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.
Mitchell Ditkoff, Direktur dari Idea Champions, mengetengahkan tentang kualitas dari seorang inovator, dengan ciri-ciri orang yang kreatif ialah sebagai berikut:  
1. Challenges status quo; 
Tidak merasa cepat puas dengan keadaan yang ada dan selalu mempertanyakan otoritas dan rutinitas serta mengkonfrontasikan asumsi-asumsi yang ada. 
2. Curious 
Senantiasa mengeksplorasi lingkungannya dan menginvestigasi kemungkinan-kemungkinan baru, memiliki rasa kekaguman (sense of awe) 
3. Self-motivated; 
Tanggap terhadap kebutuhan dari dalam (inner needs) senantiasa secara proaktif memprakarsai proyek-proyek baru, menghargai setiap usaha. 
4. Visionary; 
Memiliki imaginasi yang tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke depan.  
5. Entertains the Fantastic
Memunculkan ide-ide “gila”, memandang sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah kemungkinan, memimpikan dan menghayalkan sesuatu yang besar-besar. 
6. Takes Risks
Melampaui wilayah yang dianggap menyenangkan, berani mencoba dan menanggung kegagalan. 
 7. Peripatetic
Merubah lingkungan kerja sesuai yang dibutuhkan, senang melakukan perjalanan (travelling) untuk memperoleh inspirasi atau pemikiran segar. 
8. Playful/ Humorous
Memliki ketertarikan terhadap hal-hal yang aneh dan mengagumkan, berani tampil beda, bertindak nekad, serta mudah dan sering tertawa layaknya seorang anak kecil. 
9. Self-accepting; 
Mampu mempertahankan ide-idenya dan menganggap “kesempurnaan sebagai musuh kebaikan”, tidak terikat dengan apa-apa yang diipandang baik menurut orang lain.
10. Flexible/adaptive 
Terbuka bagi setiap perubahan, mampu melakukan penyesuaian terhadap rencana-rencana yang telah dibuat, menyajikan berbagai solusi dan gagasan
11. Makes New Connections
Mampu melihat hubungan-hubungan diantara unsur-unsur yang terputus, mensintesakan dan mengkombinasikannya.
12. Reflective
Menginkubasi setiap masalah dan tantangan, mencari dan merenungkan berbagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. 
13. Recognizes (and re-cognizes) Patterns 
Perseptif terhadap sesuatu dan dapat membedakannnya, dapat melihat kecenderungan dan prinsip serta mampu mengorganisasikannnya, dapat melihat ”the Big Picture.”
14. Tolerates Ambiguity 
Merasa nyaman dalam situasi kacau (chaos), dapat menyajikan situasi paradoks, tidak tergesa-gesa membenarkan terhadap suatu ide yang muncul.
15. Committed to Learning 
Berusaha mencari pengetahuan secara terus menerus, mensintesakan segala in put, menyeimbangkan setiap informasi yang terkumpul dan menyelaraskan setiap tindakan.
16. Balances Intuition and Analysis 
Memilih dan memilah diantara pemikiran divergen dan pemikiran konvergen, memiliki intuisi tertentu sebelum melakukan analisis, meyakini apa yang sudah dianalisis dan menggunakannya secara hati-hati dengan menggunakan akal.
17. Situationally Collaborative
Berusaha menyeimbangkan pemikiran dari setiap individu, membuka pelatihan dan mencari dukungan organisasi.
18. Formally Articulate 
Mengkomunikasikan setiap gagasan secara efektif, menterjemahkan konsep abstrak ke dalam bahasa penuh arti, menciptakan prototype atau model yang dianggap paling mudah
19. Resilient 
Merefleksi hal-hal dianggap mengecewakan atau yang tidak dinginkan, belajar dengan cepat dari umpan balik, berkemauan untuk mencoba dan terus mencoba lagi. 
20. Persevering
Bekerja keras dan tekun, memperjuangkan gagasan-gagasan baru dengan gigih, memiliki komitmen terhadap hasil-hasil yang telah digariskan.

 Adapun Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya
1.      sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah,
2.      mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya,
3.      mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif,
4.      cenderung menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut,
5.      biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan demi suatu kemajuan.
Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang harus:
1.        bekerja di ujung kompetensi bukan ditengahnya,
2.        tinjau ulang ide,
3.        melakukan sesuatu karena dorongan internela dan bukan karena dorongan eksternal,
4.        pola pikir divergen/ menyebar,
5.        pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif menyatakan bahwa indikator orang berpikir kreatif itu meliputi:
1.        Ingin tahu,
2.        mencari masalah,
3.        menikmati tantangan,
4.        optimis,
5.        mampu membedakan penilaian,
6.        nyaman dengan imajinasi,
7.        melihat masalah sebagai peluang,
8.        melihat masalah sebagai hal yang menarik,
9.        masalah dapat diterima secara emosional,
10.    menantang anggapan/ praduga, dan
11.    tidak mudah menyerah, berusaha keras.

Dikatakanya bahwa kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah kemampuan, perilaku, dan proses.
a. Sebuah kemampuan
Kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan­-gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b. Sebuah perilaku
Kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel, dan kebiasaan menikmati sesuatu.
c. Sebuah proses
Kreativitas adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik.
Selanjutnya Harris juga menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif seseorang perlu memiliki metode berpikir kreatif. Berbagai metode yang dapat dilakukan antara lain:
1.    evolusi, yakni gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain, solusi-solusi baru berasal dari solusi sebelumnya, hal-hal baru diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap permasalahan yang pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang lebih baik ,
2.    sintesis, yakni adanya dua atau lebih gagasan-­gagasan yang ada dipadukan ke dalam gagasan yang baru,
3.    revolusi, yakni gagasan baru yang terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari hal yang pernah ada,
4.    penerapan ulang, yakni melihat lebih jauh terhadap penerapan gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat dilihat penerapan lain yang mungkin dapat dilakukan, dan
5.    mengubah arah, yakni perhatian terhadap suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke sudut pandang yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah, bukan untuk menerapkan sebuah pemecahan masalah
Pada bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif yang menghambat untuk berpikir kreatif, diantaranya adalah:
a. Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar dari pada masalah itu sendiri. Sebuah masalah adalah kesempatan dan tantangan untuk meningkatkan segala sesuatu. Masalah adalah:
1.    perbedaan yang ada dengan keadaan yang diinginkan,
2.    menyadari atau mempercayai bila ada sesuatu yang lebih baik dari situasi saat ini, dan
3.    kesempatan untuk bertindak positif.
b. lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku seperti ini, seperti kalah sebelum bertarung. Beberapa ungkapan yang terkait dengan ini :
1.    manusia tidak akan pernah terbang,
2.    penyakit tak bisa ditaklukan,
3.    roket tidak akan keluar dari atmosfir.
c. Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa dilakukan
Pemikiran yang baik dan perilaku yang positif serta kemampuan memecahkan masalah akan melesat dalam memecahkan berbagai permasalahan. Untuk dapat melakukan hal ini kuncinya adalah ketertarikan dan komitmen terhadap masalah itu sendiri.
d. Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya ternyata bahwa kreativitas telah ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu dilakukan adalah mengembalikan ke permukaan.
e. Itu kekanak-kanakkan
Dalam upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan anggun, kita sering menganggap rendah perilaku yang kreatif dan penuh permainan, yang pernah menandai masa kanak-kanak kita sendiri. Terkadang orang tertawa karena memang ada yang lucu. Tapi sering kali orang justru tertawa ketika mereka miskin akan imajinasi untuk memahami situasi yang ada.
f. Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk menjadi orang biasa saja, bukan menjadi orang kreatif. Hampir sebagian orang besar kontributor terkenal yang membawa ke peradapan lebih maju dihina, bahkan dihukum. Kemajuan hanya diciptakan oleh mereka yang cukup tegar untuk ditertawakan.
g. Aku pasti gagal
Thomas Edison, dalam risetnya untuk menemukan filamen yang dapat memijarkan lampu, melakukan lebih dari 1800 kali percobaan. Kegagalan haruslah diharapkan dan diterima. Kegagalan adalah alat untuk belajar yang dapat membantu menuju keberhasilan. Gagal adalah pertanda bahwa kita melakukan sesuatu, berusaha dan mencoba-jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.

Sedangkan hambatan mental terhadap berpikir kreatif dan pemecahan masalah, meliputi:
a. Pransangka
Gambaran yang kita miliki seringkali menghalangi kita untuk melihat lebih jauh dari pada apa yang telah kita ketahui dan percayai, sehingga menjadikan sesuatu itu mungkin ada dan mungkin teijadi.
b. Pendapat fungsional
Terkadang kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari namanya, daripada melihat apa yang bisa dilakukannya. 
c. Tak ada bantuan belajar
Jika anda memerlukan informasi, ada perpustakaan, toko buku, teman, profesor dan internet. Anda dapat belajar melakukan apapun yang anda inginkan.
d. Hambatan psikologi
Apa yang semula dianggap menjijikkan malah dapat membawa kepada solusi yang lebih baik. Makan kadal mungkin terdengar tidak enak, tapi jika itu membuat anda bertahan hidup di alam liar, itu merupakan solusi yang baik.
Untuk dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif maka pada setiap individu siswa perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a. Rasa ingin tahu
Orang kreatif ingin mengetahui segala hal- segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu. Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b. Tantangan
Orang-orang kreatif suka mengidentifikasi dan mencari tantangan di balik gagasan, usulan, permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c. Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika anda merasa tidak puas terhadap sesuatu, ketika anda melihat ada masalah, akankah anda mencoba memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan. Semakin banyak masalah yang anda temui, semakin banyak pula pemecahan dan peningkatan yang dapat anda buat.
d. Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir kreatif percaya bahwa sesuatu pasti dapat dilakukan untuk mengatasi masalah.
e. Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh, ganjil, bahkan, menjijikkan. Sebuah gagasan mulai tampak bagus ketika sudah lebih familiar atau dilihat dengan konteks dan batasan yang berbeda. Jika suatu gagasan paling gila sekalipun dapat dipraktekkan sebagai batu loncatan, gagasan tersebut efisien.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang baik untuk lakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dalam menunjang perkembangan kreativitas yakni lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang bagi kita untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, Hasoubah (2002) memberikan gambaran situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seorang untuk memberikan ide dan pendapat. Diskusi seperti ini harus dilaksanakan sedemikian rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan brainstorming
Brainstorming adalah teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat menghasilkan ide yang bermutu. Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide tersebut. Karena itu, di dalam brainstorming : (1) tidak ada kritik terhadap ide apapun, (2) ide harus ditulis tanpa diedit, (3) ide yang liar, lucu, atau kurang berbobot dapat diterima, (4) semua jenis saran dan pendapat sangat diharapkan, dan (5) memberikan kontribusi berdasarkan pendapat dari orang lain dapat diterima
b. Memakai cara SHEMAP
Berpikir kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena itu sulit untuk melihat seseorang melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji fenomena ini seperti Universitas Negeri Iowa yang mengembangkan model HOTS (higher­order-thinking-skills atau kemampuan berpikir tingkat tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002) menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil dari berpikir kreatif tersebut dapat di lihat. Dengan model HOTS ini seseorang dapat melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu umum (generative) yang dianggap sebagai suatu yang diciptakan dan baru. Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah terjadi.
Dari model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi- Hipotesis‑ Ekspansi- Modifikasi- Analogi‑ Prediksi). Sebagai contoh, ketika seseorang berspekulasi, apa manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi Guruan?. Pola pikir berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut adalah pola mengembangkan dan memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa menghasilkan ide baru. Kalau dia harus membuat hipotesis terhadap apa yang akan terjadi seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat keamanan terhadap para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang teroris", tindakan membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan ide yang baru. Terakhir adalah membuat analogi dan kreativitas. Ungkapan seperti ini " senyum Anda memberikan kehangatan sekaligus memberi sinar harapan bagi diri saya". Dengan membuat analogi senyum ibarat kehangatan secara jelas menjadikan seseorang berpikir kreatif.
c. Berpikir spasial
Seseorang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan (melakukan aktivitas) berpikir spasial. Berpikir spasial adalah berpikir dengan cara mengubah ide yang ditulis dalam bentuk prosa ke non prosa. Misalnya sebuah konsep atau teori yang ditulis dalam teks diubah menjadi sebuah diagram. Usaha mengubah forma atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi keadaan tertentu sesuangguhnya merupakan sebuah kreativitas. Dengan menggunakan teknik brainsorming, SHEMAP, dan berpikir spasial akal seseorang dapat menjelajahi teritorial/wilayah yang tidak diketahui, “yang dengan sendirinya akan membangun kreativitas dan menjadikannya seorang pemikir kreatif”.

BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru sudah disejajarkan dengan pekerjaan profesional, sehingga guru harus memiliki perilaku-perilaku profesional termasuk pola pikir yang harus kritis dan kreatif. Oleh karena itu, peningkatkan kinerja profesional guru pendidikan sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak agar terciptanya guru pendidikan sekolah dasar yang memiliki kompetensi kepribadian yang profesional. Peningkatan kinerja dam pengembangan pola pikir kreatif dan kritis seorang guru pendidikan harus terus dilanjutkan dan dilakukan seperti: program sertifikasi, pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan, serta berbagai program supervise lainnya.
Sehingga dari uraian diatas kita selaku mahasiswa diharapkan bias mempersiapkan diri berperan menjadi seorang pendidik (guru) yang berkinerja baik serta selalu mengembangkan pola pikir kritis dan kreatif dalam berinovasi belajar.
B.     SARAN
Saran saya sebagai seorang calon pendidik khususnya disekolah dasar adalah menciptakan inovasi pembelajaran yang berparadigma baru dan metode-metode yang efektif, agar terciptanya suasana KBM yang efektif dan kondusif, serta pemahaman materi yang sanagt luas agar terciptanya manusia yang cerdas dan berakhlak mulia. 

DAFTAR PUSTAKA

Azharmind.com.20 Ciri Orang Kreatif. 14 Nopember 2013 16:34.  tersedia di : http://thinksmart.com/articles/qualities.html
Beyer, B.K. 1985. Critical Thinking: What is It? Social Education, 45 (4)
Brookfield- 1987. Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey Bass Publiser
Dimyati. 1988. Landasan Keguruan Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan Guruan. Dirjen Guruan Tinggi. Depdiknas.
Dimyati. 1996. Guruan Keilmuan di Indonesia: Suatu, Dilema Pengajaran dan Penelitian. Jurnal Guruan Humaniora dan Sains­. September. 2(1&2)
Drost, 2000. Reformasi Pengajaran: Salah Asuhan Orang Tua, Jakarta. Gramedia Widisarana, Indonesia
Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada Yogyakarta.
Hossoubafi,Z. Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . 2004. Bandung: Yayasan Nuansa Cendia
Kamdi, W. 2002. Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Gentengkali: Jurnal Guruan Dasar dan Menengah. 4 (5 dan 6): 29-35
Marzano. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Va: ASCD
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Perkins,D.N. & Weber,R.J. 1992. Inventive Mind: Creative in Technology. New York: University Press
Rahmat, J. 2005. Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung: Mizan Leraning Center (MLC)
Robert. 1998. Introduction to Creative Thinking. July (1). Virtual Salt.
Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Five Edition. Boston: Allin and Bacon
Soetjipto dan Kosasi, R. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan 4.5 5 aaaaa Jumat, 06 Juni 2014 PENGEMBANGAN POLA PIKIR KRITIS DAN KREATIF PADA MAHASISWA SEBAGAI CALON GURU UNTUK INDONESIA CERDAS BERAKHLAK MULIA MAKALAH Oleh   : Elmi Ha...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Product :
J-Theme