• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Jawaban UAS Filsafat Pendidikan

 on Jumat, 06 Juni 2014  


Laporan Tugas
Ujian Akhir Semester (UAS)
Take Home Exam, 
Filsafat Pendidikan
Nama
:
Elmi Hanjar Bait
NIM
:
1305208
Kelas/Semester
:
II B/ 2
Dosen Pengampu
:
Yulianti Fitriani, M.Sn


Pertanyaan dan Hasil Jawaban:
1.    Jelaskan perbedaan antara landasan filsafat umum terhadap filsafat pendidikan progesivisme, esensialisme, perenialisme, konstruktivisme dan pancasila dalam bentuk tabel !
Jawab:
Perbedaan Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
No.
Aliran Filsafat Pendidikan
Kajian Landasan Filsafat Umum
Epistemologi
Aksiologi
Ontologi
1.
Progesivisme
Pengetahuan adalah in-formasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebia-saan yang terakumulasi da-lam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Pengetahuan harus di sesuaikan dan dimodi-fikasi dengan realitas baru di dalam lingku-ngan. Kebenaran ialah kemampu-an suatu ide untuk meme cahkan masalah. Kebenaran adalah konsekuen dari suatu ide, realita pengetahuan,dan daya guna di dalam hidup.
Nilai timbul karena manu-sia mempunyai bahasa, dengan demi-kian timbul pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.
Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehen-dak, perasaan dan kecerdasan individu.
Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan ada, bila menunjukkan ke-cocokan de-ngan hasil pengujian yang diala-mi manusia dalam pergaulan manusia.
Kenyataan alam sem-esta adalah kenyataan dalam kehidupan ma-nusia. Pengalaman adalah kunci penger tian manusia atas segala sesuatu, peng alaman manusia ten tang penderitaan, ke sedihan, kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita hidup manusia sam-pai mati
2.
Esensialisme
Pribadi manusia adalah refleksi Tuhan. Manu-sia yang mampu me-nyadari realitas sebagai makro kosmos dan mikro kosmos akan mengetahui pa da tingkat apa rasio yang dimiliki dan mampu me-mikirkan alam se-mesta ini.
Dengan kualitas rasio yg dimiliki ini manusia memproduksi penge-tahuan secara tepat da-lam ilmu alam, biologi, sosial dan agama.
Nilai-nilai berasal hukum etika (hukum kosmos) yang bersifat objektif. Menurut ide-alisme, sikap, tingkah laku dan ekspresi pe-rasaan mempunyai hubungan dengan kua-litas baik dan buruk.

Dunia ini merupakan tata-nan yang tiada cela demi-kian pula isinya. Sifat, kehen-dak dan cita-cita ma-nusia harus disesuai-kan dengan tatanan alam semesta. Manu-sia hidup bahagia du-nia dan akhirat. Esse-nsialisme didukung oleh aliran realisme dan idealisme
3.
Perenialisme
Segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan bersandar pada keper-cayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesu-aian antara berpikir dengan benda-benda. Pengetahuan itu penti-ng karena hasil dari pengolahan akal manu-sia. Kebenaran hakiki yang tertinggi dapat diperoleh dengan me-tode deduksi
Nilai-nilai berdasarkan azas supranatural yang abadi dan universal. Manusia sebagai sub-jek telah memiliki potensi untuk menjadi baik sesuai de ngan kodratnya, tetapi ada kecendrungan dan do-rongan untuk berbuat tidak baik.
Kebaikan tetinggi ada-lah mendekatkan diri pada Tuhan sesudah itu baru kehidupan pikir rasional.
Benda individual ada-lah benda sebagaima-na nampak di hadap-an manusia ditangkap oleh panca indera sebagai substansi.
Segala sesuatu (benda dan manusia) ada Segala sesuatu itu me-mpunyai unsur poten-sialitas yang dapat menjadi aktualitas.
Manusia adalah po-tensialitas yang seda-ng berubah menjadi aktualitas.

4.
Konstrukti-visme
Pengetahuan bukanlah suatu potret kenyataan yang ada, melainkan adalah hasil konstruksi atau bentukan kenya-taan me-lalui kegiatan subjek.
Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kog-nitif tentang melalui kegiatan seseorang.
Sumber pengetahuan berasal dari dunia luar tetapi dikontruksikan dari dalam diri manusia.

Manusia tidak pernah dapat  mengerti rea-litas yang sesungguh nya secara ontologis. Yang dapat di men-gerti hanyalah struktur konstruksisuatu objek.
5.
Pancasila
Pengetahuan bersum-ber dari sumber per-tama yaitu tuhan yme. Manusia dapat mem-peroleh pengetahuan melalui keimananan/kepercayaan, berpikir, pengalaman em-piris, penghayatan dan intuisi. Pengetahuan ber-sifat mutlak dan bersifat relatif.
Sumber pertama se-gala nilai hakikat-nya adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk Tu-han, juga adalah pribadi dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai diturun kan dari Tuhan yme, masyarakat dan individu.
Alam semesta tidak ada dengan sendiri nya, melainkan seba-gai ciptaan Tuhan YME. Tuhan adalah sumber dari segala sumber dan merupak sumber paling per-tama.

2.      Sebutkan beserta contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari mengenai enam prinsip pendidikan atau belajar menurut paham progresivisme !
Jawab:
Prinsip Pendidikan/Belajar  Progresivisme
No.
Prinsip-Prinsip
Contoh Nyata
1.
Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretsi dan rekontruksi pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar yang disesuaikan usianya dan berorientasi pada pengalaman.
2.
Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak  dan mi-nat individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar.
Secara kodrati anak suka belajar apa saja yang ber-hubungan  dengan minatnya, atau untuk memecahkan masalahnya. Begitu pula pada dasarnya anak akan menolak apa yang dipaksakan kepadanya. Anak akan belajar dan mau belajar karena merasa`perlu, tidak kkarena terpaksa oleh orang lain.
3.
Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian subjeck matter.
Belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting  dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecah-kan masalah, anak dibawa berpikir melewati beberapa tahapan, yang disebut metode berpikir ilmiah
4.
Peran guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa.
Kebutuhan dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak harus diizinkan untuk merenca-nakan perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar.
5.
Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan.
Manusia pada dasarnya sosial, dan keputusan yang paling besar pada manusia karena ia berkomunikasi dengan yang lain. Persaingan tidak ditolak, namun persaingan tersebut harus mampu mendorong pertumbuhan pribadi.
6.
Kehidupan yang demokratis merupa-kan kondisi yang diperlukan bagi per-tumbuhan.
Digunakannya metode-metode mengajar yang demo-kratis didalam kelas seperti diskusi bebas tentang suatu masalah, partisipasi penuh dalam semua pengalaman pendidikan.


3.      Berikanlah komentar mengenai kasus dilema moral berikut:
Di persimpangan Jalan Raya Ciracas Batok Bali Kota Serang-Banten baru-baru ini dipaang trafic light yang berfungsi sebagai pengatur lalu-lintas agar teratur. Namun setelah hampir setengah tahun berjalan, palang lampu berwarna itu mulai menampakkan kegagalannya dalam mengatur lalu-lintas. Hal ini terjadi akibat banyak sekali persoalan yang dapat dikaji secara rinci dari berbagai pihak, baik itu masyarakat pengguna, polisi maupun pihak berwajib lainnya. Salah satunya adalah permasalahan moral. Permasalahan moral terjadi karena ada tabrakan-tabrakan nilai-nilai moral yang menyebabkan manusia harus memilih dan menentukan sikap. Jika kita sedikit mengkaji maka diperoleh tiga hal pokok yang mempengaruhi permasalahan moral. Yang pertama, adanya pluralisme sumber-sumber moral. Yang kedua adanya relativisme nilai kebenaran. Dan yang ketiga, adanya kebutuhan manusia yang dalam arti tertentu memaksa manusia meninggalkan prinsip-prinsip moralnya.
Jawab:
       Tanggapan saya mengenai kasus dilema moral tersebut, menurut saya dari ketiga hal pokok yang mempengaruhi adanya permasalah moral, dapat kita analisa sebagai berikut:
1.    Hal yang pertama, adanya sumber-sumber moral. Setidaknya ada tiga sumber moral yang mungkin bisa bertabrakan, yaitu Agama, Masyarakat dan Negara. Dari ketiga sumber tersebut, kita melihat terdapat keterhubungan antara sumber yang satu dengan yang lainnya. Namun, disamping itu pula ternyata memiliki penolakan satu sama lain. Contoh perihal seperti ini, nilai yang berkembang pertama kali sebagai nilai dari salah satu sumber maka akan sulit dihapuskan/digantikan jika ternyata akhirnya nilai tersebut bertentangan dengan sumber moral yang lain. Hal ini terjadi karena tidak adanya ketegasan atau prioritas manusia terhadap macam-macam sumber tersebut. Jadi, hal yang wajar jika ketiga sumber moral tersebut memungkinkan bertabrakan satu sama lain.
2.    Hal yang kedua, adanya relativisme nilai kebenaran. Nilai yang berkembang pada masyarakat yang mengacu pada sumber-sumber moral tadi, disaat yang sama dengan berkembangnya pola pikir masyarakat dalam perkembangan jamannya menghantarkan akan kerelatifan sebuah nilai kebenaran pada nilai-nilai yang telah ada dan berkembang. Pada dasarnya, pola pikir relatif tersebut timbul akan adanya desakan dari diri manusia dalam perkembangan masa dan hidupnya dalam upaya optimalisasi keutuhan manusia itu sendiri yang pada akhirnya sering timpang tindih atau menganggap nilai yang telah ada bukan merupakan apa adanya.
3.    Yang terakhir, adanya kebutuhan manusia dalam arti tertentu. Sepertihalnya yang telah disampaikan pada poin kedua tadi, dalam upaya pencapaian tertinggi dari kehidupan manusia maka akan timbul upaya dobrak paksa, tinggalkan aturan-aturan/nilai-nilai yang telah ada karena dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan kehidupan manusia dimasa sekarang.
Kesimpulannya, secara umum permasalahan moral terjadi karena manusia nya itu sendiri yang masa-kemasa kehidupannya mengalami perubahan hidup baik pola pikir dan hal lainnya dan pada akhirnya mengalami perubahan tujuan atau perbedaan tujuan dari manusia sebelumnya sehingga akan perubahan yang ada baik secara masa yang semakin tinggi tingkat kehidupannya menuntut manusia berevolusi sehingga terkadang hal baik dimasa lalu terhapus dan hal yang buruk dimasa lalu terterapkan dimasa kini.
       Adapun dalam kasus dilema moral simpang ciracas, jika kita pahami pengaruh utama terjadinya masalah moral adalah oleh poin tiga, yaitu adanya dorongan kebutuhan manusia dalam arti memaksa manusia meninggalkan prinsip nilai yang telah ada. Dalam kasus ini, masyarakat dengan pola pikirnya yang malas menunggu menuntut manusia itu sendiri membutuhkan kecepatan dalam perjalanan sehingga akhirnya meskipun telah dipasang lampu merah, pengguna jalan tetap menerobos agar berjalan lebih dulu, akhirnya mereka sudah tidak lagi memikirkan nilai-nilai tata krama yang baik dimana masyarakat pengguna sudah tidak lagi menerapkan budaya mengantri, dalam hal ini tentu budayamengantri yang baik. Pengguna masyarakat hanya akan tertib mengantri jika saja diawasi oleh pihak berwajib dalam hal ini polisi, pengguna disini hanya menerapkan nilai yang terpaksa karena jika tidak terterapkan maka ia akan dikenai sanksi hukum. Adapun pihak berwajib terkadang lalai menjalankan tugas, memang dalam hal ini kesadaran tertib harus ada dipengguna seharusnya. Namun jika terjadi masalah seperti ini, tentu pihak berwajiblah yang menangani masalah tersebut. Menurut saya sangat kompleks masalah tersebut jika kita kaji secara mendalam, namun yang terpenting dalam upaya minimalisir masyarakat tersebut kita harus mampu mengendalikan perubahan pola masyarakat dimana masyarakat harus berkembang secara positif.

4.  Buatlah tabel perbedaan penjelasan tujuan pendidikan dari masing-masing aliran filsafat pendidikan !
Jawab:
Tabel Perbedaan Tujuan Pedidikan Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
No.
Aliran Filsafat
Tujuan pendidikan
1.
Idealisme
Pendidikan bertujuan sebagai pencapaian manusia yang berkepribadian mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal.
2.
Realisme
Pendidikan menurut realisme bertujuan agar sisva dapar bertahan hidup (survive) baik dalam lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya
3.
Pragmatisme
Pendidikan harus mengajarkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada di masyarakat.
4.
Skolatisme
Pendidikan hendaknya tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya saja melainkan untuk memaksimalkan semua potensi yang ada.
5.
Eksistensialisme
Pendidikan bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman hidup yang luas sehingga dengan kebebasanya ia mampu mewujudkan dirinya sebagai manusia.
6.
Progesivisme
Pendidikan bertujuan agar anak mampu memecahkan masalah baru dalam hidupnya dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan.
7.
Esensialisme
Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum (E.J Power, 1982). Pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai universal yang telah teruji.
8.
Perenialisme
Dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
9.
Konstruktivisme
Pendidikan konstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar.
10.
Pancasila
Pancasila  bertujuan, untuk mengembangkan segala potensi anak didiknya denagn menggunakan metode pendidikan multi metode dan memperhatikan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).


5.  Sebutkan nama-nama tokoh filsafat yang menjadi pionir dari masing-masing aliran filsafat pendidikan !
Jawab:
Tabel Perbedaan Tujuan Pedidikan Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
No.
Aliran Filsafat
Tokoh-tokoh
1.
Idealisme
Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
2.
Realisme
Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
3.
Pragmatisme
Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
4.
Skolatisme
Demokritos, Ludwig Feurbach.
5.
Eksistensialisme

6.
Progesivisme
George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
7.
Esensialisme
William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
8.
Perenialisme
Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9.
Konstruktivisme
Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
10.
Pancasila
Muh. Yamin, Soediman K., Dijrjoko, Notonegoro, Roeslan Abdulghani.

6.     Berdasarkan isi UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional diperoleh kesimpulan bahwa Pancasila sebagai landasan pendidikan nasional merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang hakikatnya mengkaji nilai-nilai Pancasila untuk dijadikan tolak ukur praktek maupun studi pendidikan. Oleh sebab itu, bagaimana pandangan Anda terhadap Pancasila sebagai filosofis ?
Jawab:
       Pancasila sebagai filosofis bangsa, berarti Pancasila memiliki kedudukan sebagai pandangan hidup atau sebagai pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat bangsa Indonesia, terutama dalam aspek Pendidikan. Dengan demikian, semua sikap dan perilaku setiap manusia haruslah dijiwai, dan merupakan pancaran pengalaman sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup yaitu, semua sila Pancasila adalah pencerminan dari sikap dan cara pandang bangsa Indonesia terhadap keagamaan, sesama manusia, bangsa dan negaranya, pemerintah yang demokrasi, dan kepentingan bersama.
       Maka dengan berpegang pada pancasila, diharapkan pendidikan di Indonesia menjadi cerminan dan mampu menjembatani bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

7.   Dalam memilih aliran filsafat yang dipandang paling tepat, para pemikir pendidikan maupun pelaksana pendidikan harus tetap memilih dan meyakini mana yang paling baik, sesuai dengan visi dan misi pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya. Jika anda sebagai penyelenggara ataupun praktisi pendidikan, sikap seperti apa yang akan Anda ambil dalam menentukan dan menggunakan aliran filsafat yang telah ada tersebut ? Berikan penjelasan secara deskriptif alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan Anda tersebut !
Jawab:
       Dari beberapa cabang filsafat pendidikan yang telah dipelajari, menurut saya filsafat pendidikan nasional: Pancasila lah yang paling tepat diterapkan dalam pendidikan, khususnya Pendidikan Indonesia. Filsafat Pancasila sangat memungkinkan dalam mengatur dan menentukan praktek dan teori mendidik untuk merealisasikan cita-cita nasional bangsa Indonesia. Karena pada dasarnya bangsa Indonesia memang menganut ideologi pancasila. Namun dalam prakteknya kita selaku pengajar perlu mengadaptasi beberapa konsep yang ada pada aliran filsafat lainnya, agar memungkinkan terjadinya perubahan positif yang signifikan pada anak.
       Pengambilan tindakan mengenai mekanisme pendidikan yang saya ambil tentu adalah tindakan yang mengarah pada filsafat Pancasila. Hal yang mendasar saya lakukan adalah sama seperti halnya awal pemerintahan orde baru, yaitu revitalisasi Pancasila yang dalam hal ini melaksanakan Pancasila beserta Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen dengan sebenar-benarnya. Karena jika kita lihat Indonesia kini ialah bangsa yang mulai kehilangan identitas dirinya, hal tersebut terjadi karena berhentinya estapet regenerasi bangsa yang menjujung nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Maka sangat perlu rasanya jika kita menggalakkan kembali progam-progam penanaman nilai pancasila atau seperti halnya pada orde lama ada yaitu progam P4 atau kita dapat membuat progam baru lainnya. Adapun berkaitan dengan pendidikan, diharapkan pendidikan mampu menjadi pelopor pelaksanaan tindakan demi tindakan yang saya akan lakukan.

-SELESAI-
           

Jawaban UAS Filsafat Pendidikan 4.5 5 aaaaa Jumat, 06 Juni 2014 Laporan Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Take Home Exam,  Filsafat Pendidikan Nama : Elmi Hanjar Bait NIM : 1305208 ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Product :
J-Theme