• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Makalah Aliran Fisafat Pendidikan Idealisme

 on Jumat, 06 Juni 2014  


M A K A LA H
FILSAFAT PENDIDIKAN
ALIRAN FILSAFAT IDEALISME

 Oleh: Elmi Hanjar Bait

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk kebutuhan bahan bacaan dalam studi ilmu pendidikan, khususnya Filsafat Pendidikan.
            Makalah berjudul Filsafat Pendidikan (Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme) ini merupakan suatu kajian tentang kedudukan aliran filsafat idealisme dalam filsafat pendidikan, dalam hal ini diperuntukan untuk mempelajari secara awal ilmu filsafat.
            Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada para pembaca kami sekiranya kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
            Mudah-mudahan makalah ini akan memiliki nilai tambah bagi para pembaca yang mempelajari pendidikan dan ilmu pendidikan, khususnya ilmu filsafat pendidikan. Kepada Allah-lah kami serahkan segalanya, dan semoga makalah ini mendapat ridha dari-Nya. Amiin.




Serang,  24 April 2014

Penulis




DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
A.
Latar Belakang
3
B.
Rumusan Masalah
4
C.
Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN

A.
Filsafat Pendidikan Idealisme
5
B.
Konsep Filsafat Umum Idealisme
6
C.
Implikasi dalam Pendidikan
7
D.
Penerapan Aliran Idealisme dalam Dunia Pendidikan
11
E.
Tohoh Filsafat Pendidikan Idealisme
11
F.
Hubungan Idealisme dan Filsafat Pendidikan
12
BAB III
PENUTUP

A.
Latar Belakang
14
B.
Rumusan Masalah
14
DAFTAR PUSTAKA
15











BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi alam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah seorang idealis adalah anti realis, dan demikian pula sebaliknya?
Secara logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab, pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika demikian, apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan lain, apakah Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide dan riil atau materi itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa. Bagaimana idealisme bisa diterapkan dalam tahap-tahap pemikiran peserta didik atau manusia pada umumnya?
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Dan akan menjadikan suasana proses belajar mengajar menjadi aktif(active learning). Bagaimana jika peserta didik pasif?

Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Bagaimana relevansinya dengan dunia modern yang serba positivistik, yakni jauh lebih empiris dari pada realisme?
Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal. Bagaimana evaluasi esay untuk siswa dasar sesuai pola perkembangan pemikirannya?
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.  Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan problematika di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Apa paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan apa ide tertinggi itu?
2.         Bagaimana implikasi idealisme dalam pendidikan, khususnya jika ditinjau dari tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi?

C.      Tujuan
Melihat dari rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dari rumusan masalah tersebut, antara lain:
1.         Untuk mengetahui paradigma aliran filsafat idealisme dalam menentukan kebenaran dan maksud dari ide tertinggi itu.
2.         Untuk mengetahui implikasi idealisme dalam pendidikan, khususnya jika ditinjau dari tujuan, kurukulum, metode dan evaluasi

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Dalam pengertian filsafati,idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau materialPandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu: 1). Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup, dan 2). Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
Filsafat idealisme secara umum disebut sebagai filsafat abad 19. namun sebenarnya konsep-konsep idealisme sudah ada sejak abad 4 masehi, yaitu dalam ajaran Plato. Plato memercayai bahwa segala sesuatu yang dapat diinderai adalah kenampakan semata. Realitas yang sesungguhnya adalah ide-ide, atau bentuk-bentuk asal dari kenampakan itu. Ide-ide itu merupakan dunia “universal abadi” yang tidak berubah. Apa yang nampak hanyalah refleksi atau bayangan dari konsep-konsep yang ada dalam dunia “universal abadi,” maka selalu berubah. Pandangan ini dimulai dari perenungan akan nilai-nilai dari kenampakan yang ada di dunia ini. Plato menyimpulkan bahwa ada nilai dibalik kenampakkan itu, maka tentu yang memberi nilai jauh lebih penting dari pada kenampakkan itu sendiri. Dan ternyata yang memberi nilai atas kenampakkan itu adalah sesuatu yang metafisik, yang tidak nampak, tetapi terus eksis, yaitu ide-ide.[1]
Pada abad 19 pandangan ini kembali mendapat tempat dalam percaturan pemikiran. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Hegel. Hegel mengatakan bahwa realitas yang sesungguhnya adalah Jiwa. Jiwa itulah inti dari keberadaan dunia ini. Jiwa mengambil bentuk objektif tertentu sehingga dapat di inderai dengan perantaraan dialektika. Sejarah, alam, pikiran manusia ini adalah refleksi dari Jiwa. Ini berarti Hegel berada pada posisi Idealisme Subjektif/absolut. Disamping idealisme absolut terdapat idealisme objektif. Idealisme objektif menganggap bahwa realitas yang sesungguhnya adalah ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran manusia. Pikiran manusia menjadi penentu sebuah kebenaran. Segala sesuatu yang dapat di dinderai ini pada dasarnya hanyalah persepsi atau sensasi fisik saja, karena indera tidak mampu secara lengkap mampu memahami seluruh realitas.
Jadi secara umum idealisme adalah pandangan yang menganggap hal yang terpenting adalah dunia ide-ide, sebab realitas yang sesungguhnya adalah dunia ide-ide tersebut. Ide-ide tersebut bisa berupa pikiran-pikiran manusia rasional, bisa juga berupa gagasan-gagasan kesempurnaan, seperti Tuhan, dan Moral tertinggi (Summum Bonnum). Apa yang bisa diindera ini hanyalah bayangan atau imitasi dari ide-ide itu. Oleh karena itu dunia yang dapat di indera ini bersifat tidak tetap. Beranjak dari hal tersebut di atas, maka sejarah, alam, pikiran manusia itu bisa menjadi bernilai atau memiliki makna oleh karena adanya ide dibalik kenampakan. Pada awalnya gereja abad 19 menyambut dengan gembira konsep idealisme ini, karena bagi mereka konsep ini memberikan jawaban rasional atas kritikan materialisme dan sekulerisme. Cara untuk bisa mengetahui kebenaran ini menurut filsuf idealisme adalah intuisi, pernyataan atau wahyu, dan rasio. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kritikan beberapa tokoh materialisme yang mengatakan bahwa idealisme pada hakikatnya mengorbankan rasio, atau tidak masuk akal, tidak berdasar.
Menurut Plato, seorang filosof idealisme klasik ( Yunani Purba ), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa ( mind ) merupakan factor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memilki apa – apa.[2]

B.       Konsep Filsafat Umum Idealisme
1.    Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).[3]
a.         Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
b.        Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) , thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
2.    Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali).
3.     Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam.

C.      Implikasi Terhadap Pendidikan
1.    Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.[4]
2.    Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.[5]

3.    Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
4.    Peran Guru
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.[6]
Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap anak didik merupakan makhluk spiritual dan guru yang juga menganut paham idealism menjadikan sistem pengajaran di kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1)        Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
2)        Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
3)        Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
4)        Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid
5)        Guru menjadi teman dari para muridnya;
6)        Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
7)        Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
8)        Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;
9)        Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
10)    Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
11)    Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana   para siswa belajar;
12)    Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
13)    Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; dan
14)    Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
5.    Peran Siswa
Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982)[7]. Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
D.      Penerapan Aliran Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Aliran idealisme, dapat diterapkan Pendidikan Luar Sekolah (PLS)Dengan memperhatikan implikasi filsafat pendidikan realisme maka penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:[8]
1.    Tujuan program PLS pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya program pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil sebagai individu berbakat/berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan masyarakat.
2.    Kurikulum pendidikan PLS dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan praktis. Kurikulum diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk mempersiapkan keterampilan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
3.    Metode pendidikan dalam program PLS disusun menggunakan metode pendidikan dialektis. Meskipun demikian setiap metode yang dianggap efektif mendorong belajar dapat pula digunakan. Pelaksanaan pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
4.    Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidikan bekerjasama dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan ilmiah. Oleh karena itu tugas utama tenaga pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan efisien dan efektif.

E.       Tokoh Filsafat Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.[9]
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.

F.       Idealisme dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme dari 33 tahun di Universitas New York.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak dari pada pengajaran yang textbook agar dirasakan actual.[10]
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.










BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Idealisme adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh-tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu : Plato, William T. Harris, Herman Harrell Horne, Michael Demiashkevitch, B. B. Bogoslovski, William E. Hocking, dan C. Lodge.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1.         Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2.         Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3.         Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain)tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
4.         Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
5.         Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
B.    Saran
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai manusia dalam melakukan segala sesuatu sebaiknya mempertimbangkannya dulu. Yaitu melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan berbeda jika dalam menentukan sesuatu tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran, tentu kurang memuaskan.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal.(1999). Filsafat Agama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. [3]
Gazalba, Sidi. (1996). Sistematika Filsafat. Jakarta: PT. Bulan Bintang [5]
H.B. Hamdani Ali, M.A.M.Ed.(1986). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang [1]
http://paiceria.blogspot.com/2011/02/makalah-realisme-sebagai-sistematika.html [8]
Syaripudin, Tatang. (2008).Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung: Percikan Ilmu [7]
Tim Pengajar.(2012).  Filsafat Pendidikan (Diktat).UNIMED: Medan [6]
Usiono.(2011).  Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan. Perdana Publishing : Medan, [2]
Wakhudin dan Trisnahada (2012). Filsafat Naturalisme. (Makalah). Bandung: PPS-UPI Bandung [5] [9] [10]

Makalah Aliran Fisafat Pendidikan Idealisme 4.5 5 aaaaa Jumat, 06 Juni 2014 M A K A LA H FILSAFAT PENDIDIKAN ALIRAN FILSAFAT IDEALISME  Oleh: Elmi Hanjar Bait KATA PENGANTAR             Puji dan syukur kami panjatkan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Product :
J-Theme